Blog of Basyral Hamidy Harahap

16 October

1941

Foto ogut waktu bayi, bayi kedua dari kanan
1941
08:06:41 - rajungan - No comments

PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN


Menulis buku tentang Kota Padangsidimpuan bukanlah hal yang mudah, karena bahan-bahan tentang kota ini kurang memadai. Oleh karena itu saya membongkar semua koleksi saya yang ada kaitannya dengan wilayah ini, ditambah satu bulan membaca sejumlah surat kabar, majalah, buku dan ensiklopedi tua di Perpustakaan Nasional.
Dalam penelusuran bahan itu saya menemukan sebuah foto yang menarik tentang kejayaan ekonomi masyarakat Kota Padangsidimpuan pada dasawarsa kedua abad XX. Foto itu dimuat pada halaman kulit mingguan yang terbit di Batavia BINTANG HINDIA SOERAT KABAR MINGGOEAN BERGAMBAR-GAMBAR DITERBITKAN SABAN SENEN No. 2 Tahoen VII, Senen 9 Januari 1928. Gambar itu menunjukkan kurang lebih 40 mobil mewah, ukuran masa itu, sedang diparkir di tengah Kota Padangsidimpuan. Judul foto itu:

Indonesia Kaja
Ini dimana? Ini boekan di Amerika, tapi di “desa ketjil” Padang Sidempoean (Tapanoeli) jang sekarang soedah begitoe djempol, pengaroeh karet dan koffie dalam daerah itoe. Tapanoeli begitoe ketinggalan doeloe, sebarang [sic] dapat punt bagoes dalam perloembaan Economi !

Foto inilah yang terpilih sebagai gambar kulit buku ini. [Read More!]
07:44:47 - rajungan - 12 comments

MADINA YANG MADANI


Gagasan menulis buku ini timbul dari keinginan yang kuat untuk memperkenalkan kembali daerah Mandailing Natal yang pada abad XIX sudah terkenal sebagai salah satu pusat kemajuan di Nusantara.
Kopi Mandailing yang sudah terkenal di seantero Eropa, Amerika dan Jepang merupakan merek dagang yang sejak abad XIX mengharumkan nama daerah ini.
Selain itu kepeloporan dan prestasi Sati Nasution gelar Sutan Iskandar, yang lebih dikenal dengan nama Willem Iskander, dalam sejarah pendidikan Indonesia, telah menempatkan daerah ini pada abad XIX sebagai salah satu pusat kemajuan.
Para ulama besar Mandailing Natal telah pula mengharumkan nama daerah ini bukan saja di dalam negeri, tetapi juga di Malaysia dan Tanah Suci Mekkah. Semua puncak-puncak kejayaan itu menjadi kebanggaan sekaligus tantangan yang berat.
Ini semua merupakan pelajaran penting bagi pemerintah dan masyarakat Mandailing Natal, agar daerah ini tampil kembali sebagai pusat kemajuan dan masyarakatnya diteladani pula.
Satu hal yang menjadi perhatian saya adalah simbol-simbol yang mengentalkan kesatuan spiritualitas masyarakat Mandailing Natal. Inilah salah satu modal pembangunan yang kuat.
Kiranya buku yang sederhana ini dapat mendorong para peneliti masyarakat untuk melakukan kajian-kajian yang lebih mendalam tentang daerah ini.

Jakarta, 13 Maret 2004
[Read More!]
07:35:44 - rajungan - 1 comment